Kamis (17/4/2025) merupakan hari yang istimewa untuk umat Katolik karena hari tersebut merupakan Kamis Putih, awal dari Trihari Suci dalam Gereja Katolik.
Misa Kamis Putih di Paroki Kosambi Baru terbagi menjadi 2 jadwal, yaitu pukul 17.30 WIB dan 21.00 WIB. Meskipun masih banyak yang bekerja pada hari itu, tetapi dari pukul 14.30 WIB, sudah banyak umat yang berdatangan ke Gereja Santo Matias Rasul untuk mengikuti misa. Hal ini juga menunjukkan betapa antusiasnya umat untuk dapat duduk di dalam gereja, menghadiri, dan mengikuti misa secara khusyuk. Pukul 16.00 WIB, gereja terlihat sudah penuh, panitia juga mulai mengarahkan agar umat dapat duduk di Gedung Serbaguna Maria Ratu Rosari atau di tenda.
Waktu menunjukkan pukul 17.30 WIB, Misa Kamis Putih yang dipimpin oleh Romo Aloysius Yus Noron, Pr. dan didampingi oleh Frater Agustinus Ivan dan Frater Yapin Sean ini pun dimulai dengan diiringi lagu pembuka oleh paduan suara Angeli Canentes.
Romo Aloysius Yus Noron, Pr. dan Frater Agustinus Ivan saat awal Misa Kamis Putih. (KOMSOS/Gregorius Jan Eka Putra)
Bacaan pertama pada Misa Kamis Putih diambil dari kitab Keluaran 12:1–8, 11–14 yang menjelaskan mengenai aturan perjamuan Paskah, dimana Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun untuk menjadikan hari itu sebagai hari peringatan dan harus dirayakan sebagai hari raya bagi Tuhan secara turun-temurun.
Sementara, bacaan kedua diambil dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus (Kor 11:23–26) yang mengisahkan perjamuan malam terakhir Yesus bersama dengan para murid-Nya. Dari situlah, Kamis Putih juga dikenal untuk mengenang perjamuan malam terakhir Yesus dengan para murid-Nya.
Menurut kalender liturgi, tahun 2025 merupakan tahun C dimana bacaan Injil diambil dari Yohanes 13:1–15 yang menceritakan bagaimana Yesus mengasihi dan mengajarkan para murid-Nya untuk melayani sesama dalam hidupnya. Dalam Injil Yohanes ini pula diceritakan Yesus membasuh kaki para murid-Nya dan mengajarkan mereka untuk melakukan hal yang sama kepada sesama. Tentu banyak dari mereka yang tidak mengerti apa yang diajarkan Yesus sampai mereka meminta kepada Yesus untuk membasuh tangan dan kepalanya, bukan hanya kaki saja.
Namun, Yesus mengatakan bahwa “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya.” Hal ini dikatakan Yesus karena Ia tahu bahwa ada satu dari antara mereka yang akan mengkhianati Yesus.
Sesuai dengan bacaan Injil, Romo Yus juga menjelaskan tentang perutusan dan hidup melayani dalam khotbahnya. Ada dua poin penting yang disampaikan. Poin pertama adalah tentang bagaimana Yesus memberikan teladan kepada para murid-Nya. Hal ini dicontohkan Yesus ketika Ia membasuh kaki murid-Nya satu per satu. Yesus memilih membasuh kaki karena kaki merupakan salah satu bagian yang terletak di bawah dan jarang diperhatikan. Hal ini dapat diartikan agar kita bisa dan mau melayani orang-orang kecil yang berkekurangan.
Romo juga berpesan agar tidak menganggap pelayanan sebagai tugas. Hal ini karena ketika kita menganggap pelayanan adalah suatu tugas, maka kita akan terbebani saat menjalaninya. Apabila ini terjadi, maka akan sangat bertolak belakang dengan poin kedua yang ingin disampaikan, yaitu melayani dengan ketulusan dan kerendahan hati.
Selain mengenang perjamuan malam terakhir, Kamis Putih juga dikenal karena Ritus Pembasuhan Kaki. Umat yang mewakili sebagai Rasul yang akan dibasuh kakinya dipilih dari masing-masing wilayah. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, 12 umat yang menjadi perwakilan wilayahnya masing-masing, tahun ini menggunakan alba (jubah putih) dan selendang. Pakaian yang mereka kenakan menciptakan kesan mendalam dan menghadirkan kembali momen perjamuan malam terakhir Yesus bersama dengan para murid-Nya yang begitu nyata.
Rm. Aloysius Yus Noron, Pr. sebagai Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya. (KOMSOS/Ellijani Djatnika)
Setelah Ritus Pembasuhan Kaki, misa dilanjutkan dengan Liturgi Ekaristi dan langsung selesai, tidak seperti Misa Kamis Putih kedua yang dilanjutkan dengan perarakan pemindahan Sakramen Maha Kudus ke kapel dan Ibadah Tuguran. Waktu tuguran untuk masing-masing wilayah telah diatur oleh panitia dan bergantian setiap 30 menit.
Sakramen Maha Kudus yang ada dijaga oleh 2 (dua) orang misdinar dan doa dibawakan oleh prodiakon yang bertugas.
Ibadah Tuguran saat Misa Kamis Putih II. (KOMSOS/Clement Nathaniel)